Kemarin, aku berkunjung ke Montessori Haus Asia untuk kelas singkat mengenai mempraktekkan konsep montessori pada kehidupan si kecil.
Senang sekali bisa bertemu langsung dengan Miss Rosa, bertukar pikiran dan menyerap banyak sekali ilmu mengenai konsep dasar montessori.
Banyak hal baru yang aku dapatkan dari sesi kemarin, 2 jam yang sangat padat dan penuh ilmu.
Miss Rosa mengenalkan metode montessori sebagai metode pendidikan mendasar yang bisa diterapkan pada anak sejak bayi, bahkan semenjak masih di dalam kandungan. Montessori juga metode pendidikan yang mudah diaplikasikan dan sangat bisa diberikan dari rumah dan menjadi bagian dari kehidupan keluarga sehari-hari.
Awalnya aku datang mencari tahu tentang montessori karena minimnya pengetahuan ku untuk memulai pendidikan montessori K. Tetapi setelah aku mengikuti sesi kelas kemarin, mataku baru terbuka, bahwa metode ini bukan tentang berbagai aparatus (bahasa awamnya , aneka mainan yang digunakan dalam montessori) sebagai media belajar anak. Tetapi mengenai filosofi dasar montessori itu sendiri.
Bahwa anak kita, sebagai individu pembelajar yang pikirannya dapat menyerap berbagai informasi dengan sangat cepat, sungguh harus diberikan lingkungan terbaik untuk mendukung kebutuhannya untuk belajar dan membekali dirinya menghadapi kehidupan nyata.
Nyata. Ini yang harus digarisbawahi. Aku sangat tertohok ketika miss Rosa menekankan bahwa anak2 di bawah usia 7 tahun harus seminimal mungkin bersentuhan dengan hal2 berbau fantasi. Fantasi di sini adalah apapun yang tidak nyata, termasuk tontonan dan bacaan kartun dengan tokoh2 tidak nyata (mobil yang mempunyai mata, putri dengan kekuatan salju, pahlawan dengan kekuatan super dan bisa terbang, dll).
I was like, WHAAAT???
Jangan salah antara imajinasi dan fantasi. Jika fantasi itu menyajikan aneka hal yang tidak nyata, imajinasi justru dibutuhkan anak-anak karena imajinasi membutuhkan hal nyata untuk bisa dikreasikan oleh anak-anak dalam pikirannya yang kreatif. Contoh imajinasi, ketika kita menggambarkan dengan jelas muka seseorang yang pernah kita temui, bagaimana ia tersenyum, marah, sedih, dsb.
Pada sesi kelas kemarin, Miss Rosa sepertinya bisa langsung mengenali masalah parenting yang kuhadapi adalah komitmen dan disiplin. Beliau berkali-kali menekankan bahwa montessori itu tidak kaku, tetapi menerapkan batasan pada anak. Bahwa sebagai orang tua, kita bukan hanya memberi kebebasan pada anak untuk mengeksplorasi apapun yang ia suka, tetapi juga memberinya batasan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh ia lakukan.
Hal ini berkaitan dengan batasan (boundary) yang dimiliki manusia seiring menjadi dewasa. Anak harus dikenalkan untuk menghargai dan menghormati orang lain dan mengerti bahwa tidak semua hal adalah miliknya, bahwa ada peraturan yang berjalan di dalam kehidupan, dan kita sebagai orang tua harus mengajari anak untuk bisa patuh dengan peraturan. Bukan patuh karena takut, tetapi karena sadar bahwa peraturan itu dibuat untuk kenyamanan hidup bersama.
Ada 5 hal mengenai kedisiplinan yang harus diajarkan pada anak :
1. Tidak menyakiti dirinya sendiri
2. Tidak menyakiti orang lain
3. Tidak menyakiti benda2 (termasuk mainannya, berlaku untuk anak yang senang melempar/merusak mainan)
4. Tidak merusak lingkungan (mencoret tembok, dll)
5. Mengenali kemampuan yang dimiliki anak (supaya tidak memaksa anak untuk melakukan hal yang ia belum bisa)
.
Selain memberi ilmu tentang menjalankan montessori di rumah, pada sesi kelas kemarin, kami sempat mencoba Knob Cylinder, yang ternyata membutuhkan konsentrasi untuk memainkannya dan jugs butuh kesabaran. Terbayang betapa serunya kalau bisa menerapkan pelajaran montessori dalam keseharian K.
Aku sempat bertanya, apakah aparatus – aparatus yang lengkap diperlukan untuk menjalankan montessori di rumah?
Jawabannya, tergantung apakah benar kita ingin memberikan pelajaran montessori full di rumah, sebelum anak mulai masuk sekolah dasar? atau kita ingin menerapkan filosofi montessori dan mendelegasikan tugas pengajaran kepada institusi pendidikan?
Jika ingin full montessori, berarti orangtua harus mengikuti pelatihan untuk membuat kurikulum terlebih dahulu, dan bersiap untuk menyediakan lingkungan serta peralatan nya.
Jika ingin menerapkan filosofi nya, sesungguhnya hal-hal keseharian sudah sangat banyak untuk bisa dijadikan bahan pelajaran kemandirian untuk anak.
Mengikuti kelas pelatihan montessori bersama Montessori Haus Asia merupakan pengalaman yang sangat berguna, dan penuh dengan ilmu. Aku sangat merekomendasikan tempat ini untuk kalian yang juga haus ilmu pendidikan terutama montessori. Ada berbagai kelas yang diadakan di sana, kalian bisa mengeceknya lebih lengkap di website www.montessori-haus-asia.com yaa.
Oo iya, selain kelas untuk pelatihan orang tua / guru, di sini juga ada kelas montessori untuk anak-anak loh. Jadi selama orang tua ikut kelas, anak juga bisa ikut beraktivitas deh.
2 Comments. Leave new
Ntr klo ketemu sharing ya Aul
Yuuk, mau banget mba, aku haus pelajaran parenting 😆